Sabtu, 09 Juni 2012

EURO 2012 : Prostitusi


Bismillah...


Yulia, seorang gadis dari Ukraina, berharap bisa mewujudkan impiannya pada even akbar Eropa kali ini.
Ia adalah salah seorang gadis berusia 20 tahun yang penuh harap bukan terhadap timnya, atau kedatangan pemain bola yang menjadi idolanya. Ada harapan lain di balik EURO 2012 di Polandia-Ukraina ini. Ia berharap dapat mengumpulkan lebih banyak uang dengan kedatangan para suporter dari berbagai negeri Eropa yang menjadi peserta even kali ini.


Yulia tidaklah berjualan kostum, syal ataupun merchandise EURO 2012. Tidak pula berjualan tiket ataupun makanan, dan tentu juga bukan tukang parkir. Yulia hanya sekedar menjual tubuhnya, untuk dinikmati oleh para turis domestik dan mancanegara.


Ia berencana menaikkan tarifnya dari 600 hyrvna menjadi 900 hyrvna rata-rata perjamnya, pada even EURO ini. Atau kalau dikurskan ke rupiah sebesar Rp 708.000,- dan Rp 1.085.000,- rata-rata perjamnya. Wuih...cepet jadi jutawan ntu kalau di negeri Malin Kundang ini!


Rencananya, dari bisnis panasnya tersebut, hasil yang diperoleh akan ia gunakan untuk mendaftar di Perguruan Tinggi dan merajut cita-citanya mejadi seorang penyanyi. Selama ini, Yulia bisa mendapatkan 10.000 hyrvna (Rp 11.792.000,-) perbulannya, dengan rata-rata "pembeli" 2-3 orang per hari.  Fyuh...benar-benar jutawan ternyata! Bandingkan dengan rerata pendpatan warga Ukraina yang hanya sebesar Rp 3,5 juta, per bulan.


Ukraina, sebagai tuan rumah ajang EURO 2012 ini, merupakan sebuah negeri dengan peringkat tertinggi (di Eropa) penyakit menular seksual (PMS), HIV-AIDS, sekitar 1,5% dari jumlah total populasi. Ada sekitar 1 orang penderita, diantara 10 orang dewasa di Ukraina, menurut the United Nations AIDS agency. Bandingkan dengan Indonesia yang "hanya" 0,24% saja. Hal ini tentu saja akan bisa bertambah penderitanya di dunia seiring dengan pertandingan yang diadakan di Ukraina. Menurut  the HIV-AIDS help Allianccabang Kiev, ada sekitar 63 ribu hingga 93 ribu pelacur di negeri itu. Yang otomatis mereka akan agresif pada waktu ajang tersebut digelar.


Untuk mengantisipasi tersebarnya HIV-AIDS, maka the International HIV/AIDS Alliance di Ukraine akan menyebarkan hingga 1 juta kondom gratis. Wah, bukannnya melarang, malah memfasilitasi, yah kayakuwelah...


Pelacur, atau WTS atau apalah istilah lainnya, merupakan fenomena kebebasan bertingkah laku dalam alam liberalisme saat ini. Meski aktivitas tersebut dianggap ilegal, di banyak negara, termasuk Ukraina sendiri, tapi tetap saja makin lama makin berkembang. Terutama pendapatan yang diperoleh dari aktivitas haram tersebut.


Seperti contoh di atas, Yulia, dengan "hanya" jualan tubuh saja, ia bisa mendapatkan lebih dari 10 juta rupiah perbulannya. Benar-benar usaha yang menggiurkan! Kebobrokan ekonomi kapitalis yang menghasilkan banyak problem, termasuk kesulitan pekerjaan, menjadikan banyak orang berpikir pragmatis demi menghidupi diri & keluarga. Alhasil, pekerjaan nista & hina ini menjadi sebuah "solusi" bagi Yulia, yang berusaha bangkit dari kemiskinan. Pada awalnya demi kata "miskin", tapi lama-lama akan menikmati juga, karena kemudahan & kosongnya iman pada diri seseorang.


Fakta hubungan erat antara seks bebas & olahraga juga pernah terjadi di Indonesia. Ajang Sea Games kemarin, juga menjadi lahan "basah" bagi para wanita penghibur. Bisakah hal ini diberantas di dunia, atau paling tidak di negeri Khat al-Istiwa', Indonesia? Never!


Selama paham liberalisme di berbagi belahan di dunia ini tetap dipegang teguh, termasuk demokrasi, kapitalisme, dan biangkerok kerusakan lainnya, dijamin, urusan dunia pelacuran ini akan terus berada di tengah-tengah masyarakat.
Terus gimana donk solusinya? Klik aja >>> solusi


Sumber : sportyahoo & euronews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar