Senin, 28 Mei 2012

Awal Masuk Artis Manca di Indonesia


Bismillah...
Hayo, siapa dua cowok manis namun tampang jadul itu? Pernah liat gak?

Mereka adalah grup band Blue Diamonds dari negerinya sinyo Robin van Persie, Belanda. Mereka adalah grup band asing yang pertama kali masuk Indonesia ini. Ew...baru tahu neh...Nah untuk sejarahnya, silahkan lanjutkan bacanya.
Saat itu Orde Lama baru saja tumbang, diganti oleh Orde Baru. Bung Karno yang anti musik ngak ngik ngok, julukannya buat musik Barat, diganti dengan era yang pro Barat. Termasuk urusan musik.
Untuk lebih akrab dengan grup band ini silahkan buka di sini

Kedatangan mereka sangat dipengaruhi oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang bekerjasama dengan Hotel Indonesia. Tentara saat itu menggunakan musik Barat, sebagai alat untuk meng-counter paham komunis.

Blue Diamonds saat itu sudah top di Eropa dan punya hits singel Ramona. Personelnya, Ruud de Wolff & Riem de Wolff adalah para sinyo Belanda kelahiran Depok & Cimahi yang hijrah ke Belanda tak lama setelah Indonesia merdeka. 
Mau menikmati jadulnya Ramona? Click this!

Tak lama kemudian terjadi boom minyak, banyak anak muda Indonesia kuliah di Amerika Serikat. Beberapa diantaranya menjadi pembuka jalan datangnya para artis asal AS ke Indonesia. Band sekelas Deep Purple tampil di Jakarta pada akhir 1975 & berhasil menghadirkan 30 ribu penonton. Angka yang fantastis saat itu.
Era 80-an
Memasuki era 1980-an dan 90-an, promotor konser musik di Indonesia sudah mulai bisa meyakinkan sponsor. Promotor pun bisa meraup untung beberapa kali lipat dalam sebuah konser. Meski tak jarang yang merugi.

Meski tak seramai Singapura dalam urusan jadwal konser artis asing, Indonesia adalah negara mayoritas muslim yang banyak didatangi artis, dengan berbagai gaya. Masih ingat konser Beyonce di Jakarta pada November 2007?

Indonesia kebagian jadwal konser Beyonce karena eks-personel Destiny's Child itu batal manggung di Kuala Lumpur. Konon Beyonce gagal manggung di KL karena ia tak mau mengkompromikan gaya busananya. Konon sebagian masyarakat di sanapun habis-habisan memprotes Beyonce.

Di Jakarta, ia beraksi dengan kostum yang sama yang ia gunakan untuk konser di negara-negara lain, beberapa diantaranya amat minim. Tak banyak protes saat itu, bahkan bisa dibilang tidak ada. Mereka yang tak setuju mungkin sekedar nggerundel & gerutuan sporadis mereka cuma jadi obrolan warung kopi.

Sekarang, lima tahun berselang, kondisi sudah berbeda. Masyarakat punya banyak saluran untuk bersuara, seringkali dengan lantang, lewat media alternatif. Polemik yang tadinya cuma obrolan antar tetangga, beralih ke Twitter, Facebook dan sebagainya. Mereka yang setuju maupun tidak, masing-masing ramai beruara. Kehebohan dengan mudah diciptakan.
Ayo tolak Lady Gaga ke negeri mayoritas muslim ini. Eits, tapi gak cuma The Mother Monster yah, tapi juga paham liberalnya, yang sudah bikin kacau balau negeri ini. Oke?!

Sumber : ROL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar